Melalui pembahasan
artikel sebelumnya , apa itu kerja keras? Apa itu kerja cerdas?, maka Anda bisa
melihat bahwa seseorang yang berdasi, memiliki jabatan manajer dan menggunakan computer
dalam bekerja, belum tentu seseorang pekerja cerdas! Selama dia masih harus
mengeluarkan energi tambahan dari dirinya sendiri meningkatkan output kerjanya,
maka orang tersebut baru mempraktikkan kerja keras, belum kerja cerdas. Dia baru
bisa dibilang pekerja cerdas apabila dia bisa menciptakan sebuah daya ungkit
agar output kerja lebih besar tanpa adanya energi tambahan.
Banyak orang
menganggap bahwa bekerja menggunakan computer sebuah bentuk bekerja cerdas. Hal
ini mungkin benar “ beberapa tahun lalu” tapi tidak lagi untuk sekarang. Apa setiap
karungnya dibayar Rp. 100,-. Dengan bolak balik menggunakan karung beras pada
pundak kanannya, kuli ini berhasil memindahkan 100 karung beras ke atas truk
selama delapan jam kerja. Artinya, dalam satu hari kuli itu mendapat bayaran
10.000 rupiah?
Kemudian kuli
itu berpikir, seAndainya saya bisa mengangkut lebih banyak karung beras, maka
saya bisa mendapatkan uang lebih banyak. Mulai keesokan harinya, kuli itu
mengangkut dua karung beras sekaligus dipundak kanan dan kirinya dalam sekali
angkut. Sehingga dalam satu hari dia bisa mengangkut 200 karung beras, sehingga
dia mendapat bayaran 20.000 rupiah, kuli itu mempraktikkan kerja keras. Dia harus
mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menghasilkan output kerja yang lebih
banyak.
Tidak lama
setelah itu, kuli itu berpikir kembali, kali ini dia berpikir lebih keras, “apa
yang bisa saya lakukan sehingga saya bisa mengangkut kebih banyak karung beras,
tanpa harus banyak mengeluarkan energi?” setelah beberapa hari, kuli itu
mendapat sebuah ide. Diambilnya beberapa potongan kayu, dua buah roda bekas,
palu dan paku. Dia membuat sebuah troli sederhana.
Keesokan harinya,
kuli itu bekerja menggunakan troli itu. dalam sekali angkut, troli itu bisa
memuat 4 karung beras, sehingga dalam satu hari, dia sanggup mengangkut 400
karung beras. Penghasilan kuli itu dalam seharinya kini menjadi 40.000 rupiah,
kuli itu telah mempraktikkan kerja cerdas. Dia membuat daya ungkitnya sendiri. Dia
telah menggeser titik tumpu proses kerjanya.
Namun sejak
saat itu, semua kuli mengikuti langkahnya. Troli menjadi sebuah trend. Semua kuli
di perusahaan pengangkutan karung beras menjadikan penggunaan troli sebagai
sebuah stAndar proses kerja. Bahkan ada manual penggunaan dan stAndar alur
kerjanya supaya efektifitas penggunaan troli itu menjadi maksimal. Sekarang,
mengangkut 400 karung beras perhari telah menjadi stAndar. Penghasilan 40.000
rupiah tidak lagi menjadi sebuah prestasi.
Kuli itu
mulai berpikir lagi.”saya harus bisa mengangkut lebih banyak karung beras
supaya bisa dapat lebih banyak uang”. Keesokan harinya dia menambah jumlah
karung dalam trolinya menjadi lima buah dan mendorong trolinya lebih cepat dari
sebelumnya, kembali ke gudang dalam setelah berlari, meletakkan lima karung ke
atas trolinya dan mendorong trolinya lebih cepat lagi. Selain itu dia menambah
jam kerjanya menjadi 10 jam sehari. Kuli itu harus mengeluarkan lebih banyak
energi untuk meningkatkan outputnya. Kuli itu kembali mempraktikkan kerja
keras.
Sejak troli sudah
menjadi stAndar, maka penggunaan troli tidak lagi bisa disebut sebagai bentuk
kerja cerdas. Titik tumpu proses kerja yang baru sudah menjadi stAndar umum. Sehingga
selama seseorang bekerja dengan titik tumpu di posisi itu, maka dia belum
mempraktikkan kerja cerdas.
Demikian halnya
dengan penggunaan computer, dulu pada masanya ketika computer masih langka dan
belum menjadi stAndar umum, computer merupakan sebuah daya ungkit bagi
penggunanya. Saat itu, computer telah menggeser titik tumpu proses kerja. Tapi sekarang
computer adalah peralatan stAndar kerja. Semua karyawan sudah seharusnya
menguasai program-program stAndar kerja untuk mendukung efektifitas kerjanya.
Demikian juga
dengan Anda, apa pun pekerjaan Anda, selama Anda bekerja hanya berdasarkan
kebiasaan atau manual atau instruksi yang ada, maka seberapapun sempurnyanya Anda
mengikuti stAndar prosedur operasi (SOP) di tempat kerja Anda, sesungguhnya Anda
belum melakukan kerja cerdas! Karena Anda masih bekerja dengan titik tumpu stAndar!
Oleh sebab itu, gunakan keempat mesin kecerdasan yang ada pada diri Anda untuk
menemukan cara-cara baru meningkatkan output kerja Anda tanpa harus menambah
energi.
Kerja cerdas
memang lebih sulit dari kerja keras. Itulah sebabnya kenapa kerja cerdas
menempati tingkatan yang lebih tinggi dari kerja keras. Walaupun demikian,
semua orang memiliki potensi untuk melakukan kerja cerdas. Orang-orang seperti
itu sebenarnya sudah ada disekitar kita. Seorang sekretaris yang mampu bekerja
cerdas akan bisa menghasilkan lebih banyak surat dan pekerjaan administrasi
lainnya dibandingkan dengan sekretaris lain dengan waktu dan jumlah energi yang
sama. Kerja cerdas juga ditunjukkan oleh seorang operator mesin pabrik yang
mampu mengarungi tingkat cacat produknya dan mengurangi lead time secara
berkala, sehingga kuantitas dan kualitas produknya bisa lebih baik tanpa harus menambah
jam kerjanya. Demikian artikel kali ini smoga bermanfaat, pembahasan
selanjutnya “apa itu kerja ikhlas??”
No comments:
Post a Comment