Saturday, June 25, 2016

KERJA KERAS VS KERJA CERDAS

Melalui pembahasan artikel sebelumnya , apa itu kerja keras? Apa itu kerja cerdas?, maka Anda bisa melihat bahwa seseorang yang berdasi, memiliki jabatan manajer dan menggunakan computer dalam bekerja, belum tentu seseorang pekerja cerdas! Selama dia masih harus mengeluarkan energi tambahan dari dirinya sendiri meningkatkan output kerjanya, maka orang tersebut baru mempraktikkan kerja keras, belum kerja cerdas. Dia baru bisa dibilang pekerja cerdas apabila dia bisa menciptakan sebuah daya ungkit agar output kerja lebih besar tanpa adanya energi tambahan.
  
Banyak orang menganggap bahwa bekerja menggunakan computer sebuah bentuk bekerja cerdas. Hal ini mungkin benar “ beberapa tahun lalu” tapi tidak lagi untuk sekarang. Apa setiap karungnya dibayar Rp. 100,-. Dengan bolak balik menggunakan karung beras pada pundak kanannya, kuli ini berhasil memindahkan 100 karung beras ke atas truk selama delapan jam kerja. Artinya, dalam satu hari kuli itu mendapat bayaran 10.000 rupiah?

Kemudian kuli itu berpikir, seAndainya saya bisa mengangkut lebih banyak karung beras, maka saya bisa mendapatkan uang lebih banyak. Mulai keesokan harinya, kuli itu mengangkut dua karung beras sekaligus dipundak kanan dan kirinya dalam sekali angkut. Sehingga dalam satu hari dia bisa mengangkut 200 karung beras, sehingga dia mendapat bayaran 20.000 rupiah, kuli itu mempraktikkan kerja keras. Dia harus mengeluarkan energi yang lebih besar untuk menghasilkan output kerja yang lebih banyak.

Tidak lama setelah itu, kuli itu berpikir kembali, kali ini dia berpikir lebih keras, “apa yang bisa saya lakukan sehingga saya bisa mengangkut kebih banyak karung beras, tanpa harus banyak mengeluarkan energi?” setelah beberapa hari, kuli itu mendapat sebuah ide. Diambilnya beberapa potongan kayu, dua buah roda bekas, palu dan paku. Dia membuat sebuah troli sederhana.

Keesokan harinya, kuli itu bekerja menggunakan troli itu. dalam sekali angkut, troli itu bisa memuat 4 karung beras, sehingga dalam satu hari, dia sanggup mengangkut 400 karung beras. Penghasilan kuli itu dalam seharinya kini menjadi 40.000 rupiah, kuli itu telah mempraktikkan kerja cerdas. Dia membuat daya ungkitnya sendiri. Dia telah menggeser titik tumpu proses kerjanya.

Namun sejak saat itu, semua kuli mengikuti langkahnya. Troli menjadi sebuah trend. Semua kuli di perusahaan pengangkutan karung beras menjadikan penggunaan troli sebagai sebuah stAndar proses kerja. Bahkan ada manual penggunaan dan stAndar alur kerjanya supaya efektifitas penggunaan troli itu menjadi maksimal. Sekarang, mengangkut 400 karung beras perhari telah menjadi stAndar. Penghasilan 40.000 rupiah tidak lagi menjadi sebuah prestasi.

Kuli itu mulai berpikir lagi.”saya harus bisa mengangkut lebih banyak karung beras supaya bisa dapat lebih banyak uang”. Keesokan harinya dia menambah jumlah karung dalam trolinya menjadi lima buah dan mendorong trolinya lebih cepat dari sebelumnya, kembali ke gudang dalam setelah berlari, meletakkan lima karung ke atas trolinya dan mendorong trolinya lebih cepat lagi. Selain itu dia menambah jam kerjanya menjadi 10 jam sehari. Kuli itu harus mengeluarkan lebih banyak energi untuk meningkatkan outputnya. Kuli itu kembali mempraktikkan kerja keras.

Sejak troli sudah menjadi stAndar, maka penggunaan troli tidak lagi bisa disebut sebagai bentuk kerja cerdas. Titik tumpu proses kerja yang baru sudah menjadi stAndar umum. Sehingga selama seseorang bekerja dengan titik tumpu di posisi itu, maka dia belum mempraktikkan kerja cerdas.

Demikian halnya dengan penggunaan computer, dulu pada masanya ketika computer masih langka dan belum menjadi stAndar umum, computer merupakan sebuah daya ungkit bagi penggunanya. Saat itu, computer telah menggeser titik tumpu proses kerja. Tapi sekarang computer adalah peralatan stAndar kerja. Semua karyawan sudah seharusnya menguasai program-program stAndar kerja untuk mendukung efektifitas kerjanya.

Demikian juga dengan Anda, apa pun pekerjaan Anda, selama Anda bekerja hanya berdasarkan kebiasaan atau manual atau instruksi yang ada, maka seberapapun sempurnyanya Anda mengikuti stAndar prosedur operasi (SOP) di tempat kerja Anda, sesungguhnya Anda belum melakukan kerja cerdas! Karena Anda masih bekerja dengan titik tumpu stAndar! Oleh sebab itu, gunakan keempat mesin kecerdasan yang ada pada diri Anda untuk menemukan cara-cara baru meningkatkan output kerja Anda tanpa harus menambah energi.

Kerja cerdas memang lebih sulit dari kerja keras. Itulah sebabnya kenapa kerja cerdas menempati tingkatan yang lebih tinggi dari kerja keras. Walaupun demikian, semua orang memiliki potensi untuk melakukan kerja cerdas. Orang-orang seperti itu sebenarnya sudah ada disekitar kita. Seorang sekretaris yang mampu bekerja cerdas akan bisa menghasilkan lebih banyak surat dan pekerjaan administrasi lainnya dibandingkan dengan sekretaris lain dengan waktu dan jumlah energi yang sama. Kerja cerdas juga ditunjukkan oleh seorang operator mesin pabrik yang mampu mengarungi tingkat cacat produknya dan mengurangi lead time secara berkala, sehingga kuantitas dan kualitas produknya bisa lebih baik tanpa harus menambah jam kerjanya. Demikian artikel kali ini smoga bermanfaat, pembahasan selanjutnya “apa itu kerja ikhlas??”

No comments:

Post a Comment