Kerja ikhlas
adalah bentuk usaha terarah dalam mendapatkan sebuah hasil dengan menggunakan
kesucian hati sebagai manifestasi kemuliaan dirinya. Dalam ilustrasi timbangan,
dengan kerja ikhlas, walaupun tidak
mengubah titik tumpu dan juga tidak menambah input, tetapi output yang
dihasilkan jauh lebih besar dari kerja cerdas, apalagi kerja keras.
Yang dilakukan
dalam timbangan tersebut adalah menukar input dengan volume sama, yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur negative dan ruang-ruang kosong yang berarti
kesia-siaan dan kemubaziran diganti dengan unsur-unsur positif. Pengibaratan dari
kerja ikhlas adalah seperti mengubah kapas menjadi emas.
Seorang pekerja
ikhlas tidak mengeluarkan sedikit pun energi negative saat bekerja, dia tidak
pernah mengeluh, tidak membicarakan keburukan orang lain, atasan, atau
perusahaan. Dia tidak pernah datang terlambat, tidak mengkorupsi waktu
kerjanya, semua aktifitas kerjanya diatur sedemikian rupa menjadi sangat
efektif dan efisien, sehingga tidak ada sedikit muda, mura, muri (mubazir,
tidak beraturan, beban berlebihan). Pada saat bekerja, fisik, hati maupun
pikirannya dia curahkan 100% agar dia bisa memberikan hasil kerja yang terbaik.
Jika kita lihat
dari penampakannya, seorang pekerja ikhlas selalu ceria, wajahnya bahkan
bercahaya, badannya tidak pernah membungkuk lesu, dan dari dirinya selalu
terpancar energi positif. Semua rekan kerjanya menjadi bersemangat jika berada
di dekat dia, seakan akan mendapatkan supply energi baru. Seorang pekerja
ikhlas pendek angan-angannya, dia bekerja sebagai aktualisasi kemuliaan
dirinya. Kegemarannya adalah membantu orang lain dan memperbanyak tabungan
energi positifnya.
Seorang kawan
saya baru saja mendapat musibah. Motor yang ditumpanginya bersama istri yang sedang
mengandung dan anaknya, oleng hingga istrinya terjatuh. Sang istri mengalami
koma hingga lebih dari satu bulan, bayi yang lahir premature lewat Caesar itu
pun akhirnya hanya bertahan hidup selama tiga bulan tapi, hebatnya kawan saya
ini terlihat tidak pernah bersedih. Dia bekerja biasa. pagi dan malam menunggui
istrinya yang masih dirawat di rumah sakit karena amnesia dan lumpuh, siang
hari ia tetap bekerja. Saya terharu dan kemudian merasa sangat bangga dengan
dia ketika saya katakan berduka cita atas semua kejadian yang terjadi, dia
tetap berkata, “tidak apa, ini sudah kehendak Allah. Apa yang bisa saya bantu?”
di tengah musibah, dia masih terus mencoba untuk membantu orang lain. Saya dengar
dari teman-temannya, teman saya ini tetap bersemangat dan optimistis untuk
kesembuhan istri.
No comments:
Post a Comment